Selasa, 13 September 2016

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi


LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok  1/A
1.      Miftahul Ulum                             (151510501085)
2.       Asmuni                                         (091510501083)
3.      Rohikim Mahtum                          (111510601099)
4.      Zulfa Nuril H                                (151510501001)
5.      Winda Dwi L                                (151510501002)
6.      Indah Sri Wulandari                     (151510501081)
7.      Izzul Lubaba                                 (151510501114)
8.      Tic Tic Meilinda                            (151510501120)
9.      Toriq Nurul I                                 (151510501301)



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dataran di wilayah Indonesia dikelompokkan menjadi tiga dataran yaitu dataran rendah, dataran menengah, dan dataran tinggi. Pengelompokan tersebut berhubungan dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman budidaya terhadap suhu. Tanaman pada daerah tertentu tidak mampu hidup karena keadaan habitat yang tidak cocok untuk  kelangsungan hidup tanaman. Petani di Indonesia banyak yang tidak mengerti tentang variabilitas iklim yang sering kerap terjadi, sangat nyata pengaruhnya pada produksi tanaman dataran tinggi. Variabilitas iklim di satu sisi dapat menjadi potensi namun di sisi lain dapat menjadi ancaman bagi  tanaman dataran tinggi (Apriyana dan Kailaku, 2015).
Habitat tanaman tergantung pada topografi atau ketinggian tempat yang akan mempengaruhi iklim mikro, suhu, intensitas cahaya, kondisi solum tanah, dan lainnya. Topografi juga akan berpengaruh terhadap jenis tanaman yang hidup pada suatu daerah, taksonomi tanaman, anatomi, serta morfologi tanaman. Daerah tropis seperti Indonesia secara umum tidak semua iklim dan cuaca berpengaruh kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tanaman dapat di maksimalkan dengan perlakuan yang sesuai dengan habitat tanaman budidaya (Hidayat, 2011).
Pengelompokan tanaman dibedakan berdasarkan daerah iklim menjadi empat macam yaitu daerah tropis, daerah sedang, daerah sejuk dan daerah dingin. Daerah panas atau tropis seperti Indonesia yang berada pada ketinggian 0-600 m dari permukaan laut, tanaman yang sering dibudidayakan oleh petani yaitu padi, jagung, kopi, tembakau, dan coklat. Daerah tropis yang memiliki suhu antara 22ºC – 26,3ºC. Sedangkan daerah sedang berada pada ketinggian 600-1500 m di atas permukaan laut, suhu pada daerah tersebut berkisar 17,1ºC- 22ºC. Tanaman komoditas yang biasa di budidayakan pada daerah tersebut yaitu tembakau, teh, kopi, dan tanaman krisan.
Suhu di daerah sejuk berkisar 11,1ºC-17,1ºC, daerah ini berada pada ketinggian 1500-2500 m dari permukaan laut dengan komoditas tanaman yaitu kopi, teh, kina, dan sayuran. Wilayah Indonesia juga memiliki daerah dingin dengan ketinggian 2500 m dari permukaan laut. Suhu di daerah dingin ini berkisar antara 6,2ºC-11,1ºC dan pada daerah itu tidak komoditas tanaman yang dapat dibudidayakan karena daerah tersebut intensitas cahaya kurang serta suhunya yang terlalu dingin.
Kondisi lingkungan yang sesuai dengan habitatnya, tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Kondisi lingkungan yang sesuia akan membantu tanaman untuk berbunga dan dapat menghasilkan bibit tanaman yang baik. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan tanaman yang cocok untuk dibudidayakan pada topografi tertentu. Mengetahui lebih dalam mengenai daerah yang sesuai untuk tanaman dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.

1.2 Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut berada. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Tanaman kebanyakan tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri (Idoga dan Egbe, 2012).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dataran tinggi terutama tanaman krisan. Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang mengendalikan pertumbuhan vegetatif dan perkembangan generatif tanaman krisan. Tanaman akan tumbuh dan berkembang apabila faktor tersebut dapat terpenuhi oleh tanaman serta tanaman akan tidak produktif jika salah satu faktor tersebut tidak terpenuhi (Ariesna dkk., 2014).
Ketinggian tempat dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah dengan ketinggian berkisar 0-400 m dari permukaan laut dan dataran menengah dengan ketinggian 400-800 m dari permukaan laut, dataran tinggi atau bukit yang mempunyai ketinggian berkisar 800-1.200 m dari permukaan laut, dan dataran pegunungan yang memiliki ketinggian lebih dari 1.200 m dari permukaan laut. Dataran rendah mempunyai suhu sekitar 25ºC-35ºC, dataran berbukit 18ºC-21ºC m dari permukaan laut, dan setiap kenaikan tinggi tempat 100 m dari permukaan laut maka suhu turun sebesar 0,56ºC. Dataran rendah dapat dibudidayakan tanaman buah yaitu anggur, manggis, sawo, mundu, durian, nangka, jambi biji, sirsak dan tanaman lainnya (Sunarjono, 2013).
Menurut Kurnia et al dalam Henny dkk (2011), daerah dataran tinggi memiliki suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman akan mengalami penurunan hasil panen apabila rendahnya kesuburan tanah, ketidaksesuaian lahan atau pengolahan tanah. Tanaman kan tumbuh dan bereproduksi secara maksimal apabila karakteristik tanah dan persyaratan tumbuh terpenuhi.
Daerah tropis secara umum memiliki keadaan iklim yang sangat seragam dan bervariasi. Perbedaan goegrafis seperti perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut akan menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan di daerah yang memiliki suhu, kelembaban dan curah hujan. Unsur cuaca dan iklim banyak dikendalikan letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi yang hidup pada daerah tersebut (Andrian dkk., 2014).
Hubungan     iklim    dan pola tanaman sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Perubahan iklim yang bersifat tetap akan mengalami kecenderungan terhadap kehidupan tanaman. Perubahan musim dikategorikan menjadi tiga yaitu perubahan iklim secara global, pergeseran musim serta curah hujan, dan perubahan jumlah curah hujan. Kondisi iklim sangat mempengaruhi terhadap produktifitas tanaman (Sun et al., 2013).



















BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman tentang“Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi” dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Oktober 2015 pukul 06.30 – 08.30 WIB. Lokasi pengamatan di Desa Kemuning Lor Rembangan, Kabupaten Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang diamati
3.2.2 Alat
1.    Alat tulis
2.    Tabel pengamatan
3.    Meja dada

3.3 Cara Kerja
1.  Menyiapkan alat dan bahan.
2.  Menetapkan objek tanaman yang diamati.
3.  Melakukan wawancara pada petani
4.  Mengisi tabel pengamatan.










BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Tanaman Penting Dataran Tinggi
No
Jenis Tanaman
Gambar
Keterangan
1
Bunga Krisan
12183734_1648636948722247_8480674190568496161_o.jpg

1.    Ciri-ciri morfologi
·      Akar : Serabut (30-40 cm).
·      Batang : Tegak (kurang lebih 1 meter untuk tanaman dewasa).
·      Daun : Bergerigi dan tersusun selang-seling pada cabang atau batang.
·      Bunga : Bunga besar > 10 cm untuk diameternya
·      Buah : -
·      Biji : Berwarna cokelat sampai hitam.
2
Buah Naga
DSC01070

2.     Ciri-ciri morfologi
·      Akar : 20-30 cm (tanaman muda) dan 50-60 cm menjelang produksi buah. Akarnya tunggang bersifat aerial.
·      Batang : Batang berwarna hijau kebiru-biruan/ hitam.
·      Daun : Membetuk duri yang ukurannya kurang dari 1 cm.
·      Bunga : Bentuknya corong berukuran sekitar 30 cm.
·      Buah : Bentuk buah bulat dan panjang. Kulit buah kurang lebih 2 cm.
·      Biji : Berwarna hitam pipih kecil kurang dari1 cm dan jumlahnya berkisar antara 500-800 biji dalam satu buah.
4.2 Pembahasan
A. Bunga Krisan
Bunga Krisan (Crhysantemum) merupakan tanaman yang tumbuh di dataran tinggi. Tanaman ini mempunyai potenti untuk dikembangkan dalam skala komersial terutama sebagai bunga potong. Bunga Krisan ini masih tergolong ke dalam famili yang sama dengan bunga aster dan daisy, yaitu famili Asteraceae. Bunga Krisan termasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan), dari divisi Magnoliophyta yaitu tanaman berbiji, dari kelas Magnoliopsida (dikotil), dari ordo Asterales, dari famili Asteraceae, dari genus Chrysanthemum, dan spesies Chrysanthemum x grandiflorum.
Cara penanaman bibit bunga Krisan yaitu dengan menanam langsung tanaman dari polybag yang sebelumnya telah disobek kedalam tanah yang sudah diberi lubang. Perlu diperhatikan pada saat menyobek polybag jangan sampai merusak tanah. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang baru.
Cara pengolahan lahannya adalah dengan metode minimum tillage. Minimum tillage atau lebih dikenal dengan pengolahan tanah minimum adalah pengolahan tanah dengan cara mengolah tanah dengan sedikit usaha. Minimum tillage dapat dialakukan dengan cara mencangkul sekali tanah yang akan ditanami. Hal ini bertujuan membuka sirkulasi udara dalam tanah agar udara dapat leluasa masuk kedalam tanah.
Cara penanaman bunga Krisan adalah dengan cara Konvensional. Cara ini dlakukan untuk menghemat pengeluaran biaya. Namun metode ini memiliki kekurangan, yaitu memakan waktu yang cukup lama. Selain itu cara ini juga melibatkan banyak pekerja.
Sistem penanaman bunga Krisan adalah monokultur. Sistem penanaman monokultur adalah cara membudidayakan tanaman dengan menanam satu jenis tanaman pada suatu lahan. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien sehingga dapat menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan dari sistem penanaman ini adalah dapat mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit tanaman karena keseragaman kultivar.
Pemupukan dilakukan satu minggu setelah penanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Za. Pupuk imi digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara belerang. Pupuk Za terdiri dari senyawa Sulfur dalam bentuk sulfat yang mudah diserap dan nitrogen dalam bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman.
Untuk proses pengairan dilakukan dengan mengambil air dari sungai menggunakan DAP celup. Hal ini bertujuan memanfaatkan lingkungan sekitar yang berdekatan dengan sungai. Sehingga petani dapat mengairi lahannya secara rutin.
Jika tanaman diserang hama, para petani biasa menggunakan pestisida kimiawi seperti preogor, decis, detin, spontan, dan konfidor. Hama yang biasa menyerang adalah ulat akar dan wereng. Untuk pengendalian gulma, petani sekitar mengatasi dengan cara mekanik. Cara mekanik dapat dilakukan dengan cara disabit atau dicabut. Gulma dapat mengganggu penyerapan nutrisi tanaman utama.
Perakaran bunga Krisan dapat menyebar ke semua arah pada kedalaman 30 – 40 cm. akarnya termasuk akar serabut dan mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik. Batang bunga Krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Daunnya bergerigi dan tersusun berselang-seling pada cabang atau batangnya. Bunga Krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai pendek. Bunga Krisan sendiri digolongkan dalam dua jenis yakni jenis spray dan standard. Pada bunga Krisan jenis spray terdapat 10 – 20 bunga berukuran kecil. Sedangkan pada jenis standard terdapat satu tangkai bunga berukuran besar. Biji bunga Krisan berwarna coklat sampai hitam. Biji ini digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Pemanenan bunga Krisan cukup sederhana. Ciri-ciri bunga Krisan yang siap dipanen adalah saat bunga sudah mekar sempurna. Biasanya bunga mekar sempurna setelah 3 bulan setelah penanaman. Untuk cara memanennya cukup mudah yakni dengan cara mencabut bunga Krisan hingga ke akarnya kemudian membersihkan daun dan mengambil bunga sesuai permintaan konsumen.
Tidak ada penanganan khusus untuk proses penanganan pasca panen bunga Krisa. Cukup melakukan pembersihan daun saja kemudian bunga akan di bedakan antara bunga Krisan jenis spray dan jenis standard. Kemudian bunga bunga akan dikemas menggunakan kertas koran. Satu paket bunga krisan jenis standard berisi 10 tangkai. Sedangkan untuk jenis spray berkisar antara 20 – 30 bunga kecil. Ketika panen akar, batang, dan daun dijadikan kompos organik untuk digunakan di awal penanaman dengan tujuan menjaga kesuburan tanah.
Pemasarannya sendiri bunga Krisan sudah dikirim sampai ke Bali. Tapi kebanyakan masyarakat sekitar hanya memasarkan bunga Krisan di toko-toko bunga sekitar. Harga untuk satu paket bunga Krisan jenis standard yang berisi 10 tangkai adalah Rp15.000 sedangkan untuk satu paket bunga Krisan jenis spray yang berisi 20-30 bunga adalah Rp14.000.
B. Buah Naga
Buah naga (Hylocereus undatus) merupakan suatu rekayasa genetika kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicerus. Buah naga yang sekarang sudah dibudidayakan di berbagai negara di Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan indonesia ini berasal dari negara Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pada tahun 1870 seorang perancis membawa tanaman ini dari Guyana ke Vietnam untuk tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan Cina buah dari tanaman ini dianggap sebagai pembawa berkah. Oleh karena itu, buah naga ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar.
Dari data hasil pengamatan pada lahan buah naga dapat diketahui bahwa varietas buah naga di Agrotechno Park ada dua jenis yaitu buah naga putih (Hylocereus undatus) dan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Buah naga termasuk dalam kingdom Plantae (Tumbuhan), Dari Devisi Magnoliophyta atau tumbuhan berbunga, dari kelas Magnoliopsida, dari ordo Caryophyllales, dari Famili Cactaceae atau kaktus-kaktusan, dari genus Hylocereus, dan dari spesies Hylocereus undatus.
Buah naga ini dikembang biakkan dengan metode stek batang atau dahan buah naga. Dahan buah naga yang baik untuk di stek adalah yang memiliki ukuran batang yang cukup besar. Perlu diperhatikan setelah kita memotong dahan buah naga untuk stek, jangan sampai tertukar antara batang yang merupakan bagian atas dan batang bagian bawah. Batang yang ditanam adalah batang bagian bawah bukan bagian atas.
Cara pengolahan tanah adalah dengan cara konvensional dengan tujuan untuk menghemat biaya. Tetapi metode ini juga memiliki kekurangan, selain memakan waktu yang cukup lama, metode ini juga banyak melibatkan para pekerja. untuk penempatan lubang tanam berjarak 40 x 40 cm dan berjarak tanam 3 x 3 m
Sistem penanaman buah naga adalah monokultur. Sistem penanaman monokultur adalah cara membudidayakan tanaman dengan menanam satu jenis tanaman pada suatu lahan. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien sehingga dapat menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman tanaman yang ditanam. Kelemahan dari sistem penanaman ini adalah dapat mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit tanaman karena keseragaman kultivar.
Untuk perawatan tanaman terdiri dari pemupukan, pengairan, pengendalian penyakit, pengendalian hama, dan pengendalian gulma. Untuk pemupukan buah naga di Desa Kemuning Lor sendiri menggunakan pupuk urea, SP 36, Kcl, dan Ponska. Pada awal saat penanaman buah naga menggunakan pupuk organik, sedangkan pada masa vegetatif menggunakan pupuk kimia masing-masing dengan takaran 10 g/tanaman. Selain itu perlakuan khusus dilakukan pada saat musim kemarau dan musim penghujan. Pada saat musim kemarau para petani menggunakan pupuk cair. Sedangkan saat musim penghujan menggunakan pupuk padat. Hal ini bertujuan untuk mengefektivitaskan penggunaan pupuk .
Untuk sistem pengairannya juga berbeda pada musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan pengairannya tergantung pada air hujan sedangkan pada musim kemarau akan dilakukan irigasi rutin oleh para pengurus menggunakan air PDAM dengan frekuensi satu kali seminggu.
Pengendalian OPT dilakukan oleh para pengurus lahan. Untuk pengendalian hama para petani biasanya menggunakan insektisida dan pestisida kimiawi. Sedangkan untuk pengendalian gulma para petani biasa menggunakan cara mekanik yaitu dengan cara menyiangi gulma.
Buah naga (Hylocereus undatus) memiliki akar tunggang bersifat aerial yang berkembang didalam tanah, di batang, dan di batang atas sebagai akar gantung. Untuk tanaman yang masih muda panjang akar mencapai 20-30 cm, sedangkan pada masa menjelang produksi buah mencapai 50-60 cm. akar tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip di sudut batang. Di bagian daun yang berbentuk duri muncul akan tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga Wijayakusuma yang berukuran sekitar 30 cm. Bunga ini hanya mekar pada malam hari. Bunga yang tidak rontok akan membentuk buah setelah terjadi penyerbukan. Bagian batang berbentuk segitiga dan biasanya berwarna hijau kebiru-biruan. Buah naga berbentuk bulat agak lonjong seukuran dengan buah alpukat. Di sekitar kulit terdapat jumbai-jumbai yang dianalogikan dengan sisik seekor naga. karena itulah buah ini dinamakan buah naga. Biji buah naga berukuran sangat kecil dan berwarna hitam. Dalam satu buah bisa terdapat 500 – 800 biji.
Ciri ciri buah naga siap panen adalah buah naga yang sudah masak secara fisiologis. Umur buah biasanya mencapai 50-55 hari sejak setelah muncul bunga. Buah naga siap panen biasanya berkulit mengkilat dengan sisik dan berwarna kemerahan. Selain itu buah naga yang siap dipanen adalah buah naga yang mahkota buahnya telah mengecil, kedua pangkal buah keriput dan kering.
Cara pemanenan buah naga cukup mudah yakni dengan memotong dengan bentuk segitiga pada tangkai buah. Pemotongan dengan bentuk segitiga ini bertujuan untuk memperkecil resiko tanaman terkena OPT. bungkus buah naga yang telah dipanen dengan koran dan letakkan kedalam keranjang.
Pemasaran buah naga di Desa Kemuning Lor sendiri hanya bersifat domestik, tidak untuk diekspor. Biasanya para konsumen datang sendiri ke tempat tersebut untuk membeli buah naga. Untuk harganya tergantung dari musim, jika musim buah naga penjualan perbuah berkisar antara Rp12.000/kg sampai Rp15.000/kg. tetapi pada saat tidak musim buah naga dapat mencapai harga Rp30.000/kg sampai Rp35.000/kg.




























BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Bunga Krisan adalah tanaman Penting di dataran tinggi. Selain karena berpotensi sebagai usaha rakyat, bunga krisan tidak memerlukan perlakuan yang rumit. Keterbatasan pengetahuan masyarakat sekitar akan potensi usaha pembudidayaan bunga Krisan ini menyebabkan pemasaran bunga Krisan hanya sebatas domestik saja. Tanaman buah naga adalah tanaman penting yang berhabitat di dataran rendah. Tanaman ini termasuk kaktus-kaktusan yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah. Tanaman buah naga di Agrotechno Park ada dua jenis yaitu buah naga putih dan buah naga merah. banyak penggunaan pupuk kimia untuk mendorong pertumbuahan buah pada saat masa vegetatif.

5.2 saran
Seharusnya pemakaian pupuk organik lebih ditekankan untuk proses penanaman buah naga dan bunga krisan agar tanaman tersebut dapat berproduksi secara optimal.










                                                                                     
LAMPIRAN


DSC01070
Gambar 1. Calon Bunga Buah Naga

12194871_1648637312055544_2950353972184312437_o.jpg

Gambar 2. Buah Naga






12183734_1648636948722247_8480674190568496161_o.jpg
Gambar 3. Bunga Krisan Individu
12184182_1648636795388929_7789136422603056780_o.jpg
Gambar 4. Bunga Krisan Kelompok








DAFTAR PUSTAKA

Apriyana, Y. Dan T. E. Kailaku. 2015. Variabilitas iklim dan dinamika waktu tanam padi di wilayah pola hujan monsunal dan equatorial. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2): 366-372.

Andrian., Supriyadi dan P. Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat Dan Kemiringan Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Di Kebun Hapesong Ptpn Iii Tapanuli Selatan. Agroekoteknologi, 2(3): 981-989.

Ariesna, F. D., Sudiarso dan N. Herlina.  Respon 3 Varietas Tanaman Krisan (Chrysanthemum Morifolium)  Pada Berbagai Warna Cahaya Tambahan  Response Of 3 Chrysanthemum (Chrysanthemum Morifolium) Plant Varieties On Addition Of Different Light Colors. Produksi Tanaman, 2(5): 419-426.

Hidayat, T. 2011. Analisis Perubahan Musim dan Penyusunan Pola tanam Tanaman Padi Berdasarkan Data Curah Hujan di Kabupaten Aceh Besar. Agrists, 15(3): 87-93.

Henny, H., K. Murtilaksono., N. Sinukaban dan S. D. Tarigan. 2011. Kesesuaian Lahan Untuk Sayuran Dataran Tinggi di Seluruh Das Merao, Kabupaten Kerinci, Jambi. Hidrolitan, 2(1): 11-19.

Idoga, S. And O. M. Egbe. 2012. Land Use Planning for Vegetable Farming in Benue State o Nigeria. Science Frontier Research Agriculture and Veterinary Sciences, 12 (6): 7-12.

Sunarjono, H. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Jakarta. Penebar Swadaya.

Sun, J., G. Cheng., W. Li., Y. Sha and Y. Yang. 2013. On the Variation of NDVI with the Principal Climatic Elements in the Tibetan Plateau. Remote Sensing, 1(5): 1894-1911.